Liputan6.com, Jakarta - Komedi hitam tidak hanya menyoal kritik sosial atau parodi politik. Kriminal seperti praktik pencucian uang, sekte sesat yang menjurus pelegalan pembunuhan, atau orientasi seks bisa menjadi materi komedi hitam yang menarik. Ready or Not, misalnya. Ready Or Not menampilkan horor yang berangsur menjadi black comedy. Jika diibaratkan kain, Ready Or Not merentangkan kanvas dengan motif gado-gado dari drama kriminal, konflik keluarga, kisah cinta, lalu horor dengan adegan konyol berfondasi fiksi.
Yang menarik, Ready Or Not tak memasang bintang papan atas atau peraih Oscar. Samara Weaving yang belum dikenal luas oleh publik didapuk menjadi pemeran utama. Ia diapit dua aktor dengan garis wajah bertolak belakang. Pertama, Adam Brody yang bad boy, di film ini awalnya seperti boneka yang gampang disetir. Kedua, Mark O’brien dengan wajah priayi dan baik-baik. Dialah alasan masuk akal bagi perempuan mana pun untuk mengakhiri masa lajang.
Ready or Not menciptakan dunia kecil yang berpusat pada keluarga kaya raya Le Domas. Adalah Tony Le Domas (Henry) yang membesarkan bisnis mainan hingga klannya bergelimang harta. Putra Tony, Alex (Mark) jatuh cinta pada gadis yatim piatu, Grace (Samara). Pernikahan keduanya digelar secara privat di halaman rumah keluarga Le Domas yang luas. Bibi Helena (Nicky) tampak sebal dengan pernikahan ini sementara ibunda Alex, Becky (Andie), antusias menyambut kedatangan menantu.
Resmi menikah, Grace dan Alex tak serta merta bisa menikmati malam pertama. Helena meminta keduanya berkumpul di ruang keluarga. Di sana, digelar ritual menyambut anggota keluarga baru dengan menggelar permainan. Grace diminta mengambil kartu dari boks kecil. Apes, kartu Grace bertuliskan hide and seek. Ini bukan petak umpet biasa. Grace diminta bersembunyi sementara seluruh anggota keluarga Le Domas kecuali Alex memburu Grace untuk membunuhnya. Grace tak menyangka malam pertamanya berlumur darah.
Ini kisah satu malam yang menuntut tokoh utama mempertahankan nyawa. Dalam semalam, apa pun bisa terjadi termasuk terbunuh atau menyingkap sifat asli para peserta permainan. Petak umpet berdarah adalah problem sekaligus medium titik balik dua tokoh utama. Grace di tangan Samara di luar dugaan menjadi magnet utama dan tampak bersinar. Samara mengeksekusi setiap fase suasana hati dengan meyakinkan.
Komedi Hitam
Babak awal, Samara menempatkan Grace layaknya perempuan pada umumnya. Jatuh cinta lalu menikah. Aura bahagia tampak dari mata yang berbinar. Fase kedua, Grace membuat Samara tampak makin naif hingga tak mampu mengenali keadaan. Fase ketiga, perkawinan rasa takut dan panik. Fase berikutnya adalah perlawanan sebagai pernyataan tegas tak mau mati sia-sia. Fase terakhir silakan simpulkan sendiri. Samara tampak relaks dan menjadikan arena permainan sebagai panggung miliknya.
Di sisi lain, kita melihat Mark yang berkembang sejalan dengan poros cerita (Grace) lalu membuat garis pembeda. Yang membuat Ready Or Not enak diikuti, tempo cerita yang bergerak dinamis, tanpa banyak tokoh, namun setiap tokoh punya andil di rumah itu berikut kegilaan yang meliputinya. Konfliknya simpel. Para tokoh terbagi dalam tiga kubu. Korban, pelaku, dan pihak ketiga yang sebenarnya tak terlibat langsung namun mau tak mau menjadi bagian permainan jahanam.
Dituturkan dalam garis maju, Ready Or Not dengan mulus menempatkan diri sebagai penghibur. Ready or Not hendak mengolok-olok opera sabun yang selalu dan selalu menjodohkan gadis miskin baik hati dengan pria mapan kaya. Film ini juga mencubit kebiasaan Hollywood menjadikan sekte sebagai biang keladi teror dari alam gaib. Pun ia menguliti thriller yang gemar mengakhiri kisah secara tragis sementara prosesnya sok rumit. Sindiran ini menjadikan Ready Or Not komedi hitam ugal-ugalan dengan penuturan suka-suka.
Alur Tak Terduga
Dalam film thriller (entah tersangkanya pembunuh berantai sakit jiwa, setan, pemuja aliran sesat, ikan hiu, buaya, atau apa pun itu), perempuan kerap menjadi incaran. Sering dihadirkan tanpa perlawanan berarti lalu mati sia-sia. Meski sejumlah thriller kemudian menepis klise ini dengan alur yang makin tak terduga, tetap saja Ready Or Not merasa perlu menyuarakannya lebih lantang.
Sebagai komedi hitam, film ini terasa pas dalam banyak aspek. Sadar kediaman Le Domas yang megah dan dingin itu bisa saja membosankan, bagian lain film ini mengajak kita jalan-jalan ke luar rumah. Tentu saja darah dan nyawa yang dipertaruhkan ikut melompati pagar. Ready Or Not salah satu hiburan menarik di level super asyik bulan ini.
Kami tidak merekomendasikan film ini kepada Anda yang takut darah. Jangan nekat nonton kalau tak ingin dengkul lemas dan keluar studio dengan badan gemetar. Beberapa adegan film ini kelewat sadis. (Wayan Diananto)
Film Ready or Not
Pemain: Samara Weaving, Adam Brody, Mark O’brien, Henry Czerny, Andie McDowell, Nicky Guadagni
Produser: Bradley J. Fischer, William Sherak, James Vanderbilt, Tripp Vinson
Sutradara: Matt Bettinelli-Olpin, Tyler Gillett
Penulis: Ryan Murphy, Guy Busick
Produksi: Fox Searchlight Pictures
Durasi: 1 jam, 35 menit
Durasi: 1 jam, 40 menit
No comments:
Post a Comment