Liputan6.com, Jakarta - Konsisten melahirkan karya apik, Joko Anwar layak disebut sutradara sekaligus penulis skrip terbaik dekade ini. Gundala menambah panjang daftar film keren besutan Joko Anwar.
Film Gundala memotret kekacauan masyarakat hingga patriot harus muncul untuk melawan kejahatan.
Ini bukan kali pertama Joko Anwar melahirkan film dengan standar di atas rata-rata. Kami ajak Anda menengok lima karya keren Joko Anwar sebelum Gundala.
Kalau film favorit Anda tak ada di daftar kami, harap maklum. Ini soal selera saja.
Arisan! (2004)
Jauh sebelum masyarakat kita gampang rewel soal LGBT dan hedon di Instagram, Joko Anwar memotret kepura-puraan berbalut kemewahan via Arisan. Tentang Meimei yang belum punya anak, Andien yang hidup mewah tapi iri dengan teman sendiri, dan Sakti yang menolak dirinya gay hingga ikut terapi.
Naskah Joko Anwar yang satir dan getir di beberapa titik, dieksekusi Nia Dinata dengan tata artistik penuh warna. Mewah, jenaka, tak menggurui, sukses membuat kita berpikir usai menonton.
Arisan! Film Terbaik FFI 2004. Ia menjelma menjadi cermin sosial. Ia mewakili sebuah era dan menembus ruang-waktu di saat bersamaan. Seluruh pemain film ini tampil prima khususnya Tora Sudiro dan Surya Saputra.
Janji Joni (2005)
Janji Joni adalah penanda zaman. Ia membingkai era ketika film diabadikan dan digandakan lewat pita seluloid. Pita itu menari di mesin proyektor dalam satu babak lalu disambung dengan gulungan pita seluloid lainnya.
Satu gulung bisa dipakai untuk dua bioskop yang jaraknya dekat. Ada petugas khusus yang mengoper gulungan pita itu dari satu bioskop ke bioskop lain.
Diceritakan Joko Anwar dengan runut, menggambarkan jatuh bangun Joni untuk menyelamatkan pertunjukkan sebuah bioskop. Inilah film yang bicara tentang film.
Kala (2007)
Saat perilisannya, Kala memberi sesuatu yang baru bagi dunia sinema Indonesia. Tidak hanya dari aspek pengemasan, tapi juga tema. Joko Anwar menghadirkan kisah bernuansa politik.
Lewat Kala, Joko Anwar memberi peringatan seperti apa film-film Joko Anwar setelahnya. Selain naskah ciamik, kejutan datang dari performa Shanty yang meyakinkan.
Diganjar tiga piala Citra untuk Naskah Berbahasa Indonesia Terbaik, Tata Artistik, dan Sinematografi Terbaik. Kala juga menang di sejumlah festival luar negeri.
Pintu Terlarang (2009)
Dalam Pintu Terlarang, Joko Anwar menciptakan alur serumit dan semengasyikkan labirin. Cerita bermula dari hidup seorang pematung sukses, Gambir (Fachri Albar) yang dimintai tolong anak berusia 7 tahun yang disiksa dua orang misterius.
Ia lalu mencurigai sang istri, Talyda (Marsha), terlibat dalam kasus ini. Kekuatan film ini terletak pada kelihaian Joko menjaga rahasia dan ketegangan.
Hingga akhir cerita barulah terkonfirmasi apa yang sebenarnya terjadi di dunia Gambir-Talyda. Menegangkan. Mencengangkan.
Pengabdi Setan (2017)
Film horor lokomotif penggerak industri layar lebar Indonesia. Film horor pula yang merusak. Begitu celoteh sejumlah pencinta film. Itu sebabnya horor kerap dipandang sebelah mata lantaran digarap seadanya dengan bumbu seks yang tidak perlu.
Puncaknya pada 2011, ketika tak ada satu pun film lokal yang tembus sejuta penonton. Pengabdi Setan sebagai tribut untuk versi klasiknya (Sisworo Gautama, 1980), upaya Joko Anwar mengembalikan marwah horor lokal yang ternoda.
Versi Joko menceritakan beberapa bulan sebelum tragedi Pengabdi Setan 1980 terjadi. Diceritakan intens, para pemain tampil dengan energi tinggi.
Sukses mengumpulkan 4,2 juta penonton dan memborong 7 Piala Citra, inilah horor tersukses juga terbaik sepanjang sejarah! Gara-gara Pengabdi Setan, kata 'ibu' terdengar seram. (Wayan Diananto)
No comments:
Post a Comment